Pemerintah Indonesia telah menetapkan kerangka kebijakan dan target yang kuat untuk mengatasi masalah sanitasi. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, khususnya Target 6.2, bertujuan untuk mencapai akses universal dan merata terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai bagi semua, serta mengakhiri praktik buang air besar sembarangan (BABS) pada tahun 2030.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 juga menggarisbawahi komitmen ini, dengan menargetkan 90% rumah tangga memiliki akses sanitasi layak (termasuk 15% akses sanitasi aman) dan 0% praktik BABS sembarangan. Untuk mendukung percepatan ini, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 87 Tahun 2022 tentang Percepatan Layanan Sanitasi Berkelanjutan di Daerah Tahun 2022-2024. Peraturan ini bertujuan untuk mensinkronkan, mengoordinasikan, dan mengintegrasikan percepatan layanan sanitasi berkelanjutan di tingkat daerah. Selain itu, Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 2023 tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air juga menargetkan akses air minum dan sanitasi 100%.
Keberadaan target nasional yang jelas (SDGs 2030, RPJMN) dan peraturan pendukung (Permendagri 87/2022, Perpres 37/2023) menunjukkan adanya kemauan politik yang kuat di tingkat nasional. Namun, laju kemajuan yang lambat dan kesenjangan yang masih ada menunjukkan bahwa tantangannya bukan pada perumusan kebijakan, melainkan pada implementasi yang efektif dan dipercepat, terutama di tingkat lokal, di mana pendanaan dan kapasitas seringkali tertinggal.
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan strategi nasional yang fundamental dalam upaya peningkatan sanitasi di Indonesia. STBM adalah pendekatan yang dirancang untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi masyarakat melalui pemberdayaan dan pemicuan. Program ini ditetapkan sebagai strategi nasional pada tahun 2008 dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014.
Lima pilar program STBM menunjukkan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada perilaku terhadap sanitasi. Program ini melampaui sekadar penyediaan infrastruktur untuk menangani seluruh rantai praktik kebersihan, mulai dari buang air besar hingga pengelolaan sampah dan air. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi yang berhasil memerlukan keterlibatan masyarakat yang mendalam, pendidikan berkelanjutan, dan perubahan pola pikir, bukan hanya mandat dari atas ke bawah. Fokus pada "pemicuan" untuk mendorong kesadaran diri adalah kunci efektivitasnya.
Melibatkan Peran Berbagai Pihak
Pencapaian target sanitasi di Indonesia memerlukan kolaborasi erat dari berbagai pihak. Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, memegang peranan sentral dalam merumuskan kebijakan, perencanaan, dan implementasi program sanitasi. Berbagai kementerian seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian PUPR bekerja sama untuk menyelaraskan upaya.
Sektor swasta juga memiliki peran penting, terutama dalam menyediakan fasilitas sanitasi yang terjangkau dan mudah diakses. Kolaborasi dengan pihak swasta sangat vital untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi, seringkali melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Contohnya termasuk PT Suparma Tbk yang mempelopori aksi bersih-bersih sungai dan Telkom yang menyalurkan bantuan sanitasi air bersih di berbagai provinsi.
Organisasi Non-Pemerintah (LSM) dan lembaga internasional turut berkontribusi signifikan melalui pemberdayaan masyarakat, penyediaan fasilitas, dan advokasi. Yayasan Wahana Mandiri Indonesia (YWMI), Plan International Indonesia, Water.org, Oxfam, dan Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah beberapa contoh organisasi yang aktif mendukung program STBM, menyediakan fasilitas, dan membangun kapasitas masyarakat.
Peran masyarakat itu sendiri tidak kalah penting. Dukungan dan partisipasi aktif masyarakat sangat krusial dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan menyukseskan program-program pemerintah. Tanpa keterlibatan dan kepemilikan dari komunitas, keberlanjutan program sanitasi akan sulit tercapai.
Banyaknya aktor yang terlibat (pemerintah, sektor swasta, LSM, badan internasional, komunitas) menunjukkan bahwa tidak ada satu entitas pun yang dapat menyelesaikan tantangan sanitasi kompleks di Indonesia sendirian. Kisah-kisah keberhasilan seringkali melibatkan kemitraan yang kuat. Hal ini berarti bahwa memupuk kolaborasi yang efektif, peran yang jelas, dan akuntabilitas bersama di antara para pemangku kepentingan yang beragam ini sangat penting untuk meningkatkan intervensi dan memastikan keberlanjutan jangka panjang.
Inovasi Pembiayaan dan Teknologi dalam Sektor Sanitasi
Untuk mengatasi keterbatasan pendanaan dan tantangan geografis, inovasi dalam pembiayaan dan teknologi menjadi sangat penting. Dalam hal pembiayaan, pemerintah telah memberikan subsidi sanitasi dan pinjaman lunak untuk rumah tangga miskin. Selain itu, program Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi (PAMDS) atau WaterCredit telah menyalurkan lebih dari 190.000 pinjaman dengan total Rp542 miliar, memberikan akses air dan sanitasi kepada lebih dari 750.000 jiwa. Water.org, melalui solusi WaterCredit, menyediakan pinjaman mikro terjangkau kepada rumah tangga atau penyedia layanan, telah menjangkau lebih dari 5,7 juta orang di Indonesia sejak 2014. Inovasi seperti "Kredit Jamban Sehat Idaman Masyarakat (KREDIT JIMAT)" juga berhasil meningkatkan akses sanitasi dan membebaskan kecamatan dari BABS. Kemitraan Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) juga diidentifikasi sebagai skema pendanaan alternatif untuk mengatasi keterbatasan fiskal daerah.
Di sisi teknologi, berbagai inovasi telah diterapkan. Proyek bio-septic tank yang ramah lingkungan menjadi contoh fasilitas sanitasi yang murah dan mudah diakses. Penggunaan teknologi tepat guna seperti tangki septik biogas, pompa air tenaga surya, dan penjernihan air sederhana juga dapat menjadi solusi efektif, terutama di daerah terpencil. Bahkan, ada inovasi "Kereta MCK" (mobil toilet dan cuci tangan) yang digunakan sebagai solusi sementara untuk kebutuhan sanitasi darurat.
Munculnya model pembiayaan inovatif seperti WaterCredit dan KREDIT JIMAT menunjukkan pergeseran penting dari ketergantungan pada bantuan langsung/subsidi ke pendekatan yang lebih berkelanjutan dan berbasis pasar. Model-model ini memberdayakan masyarakat untuk berinvestasi dalam sanitasi mereka sendiri, mendorong kepemilikan dan pemeliharaan jangka panjang, yang mengatasi tantangan keberlanjutan. Demikian pula, adopsi teknologi yang tepat guna (bio-septic tank, pompa surya) sangat penting untuk efektivitas biaya dan menjangkau daerah terpencil. Ini berarti bahwa strategi di masa depan harus memprioritaskan peningkatan skala solusi pembiayaan dan teknologi inovatif ini.
Peningkatan Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Edukasi dan pemberdayaan masyarakat merupakan fondasi utama untuk mencapai perubahan perilaku sanitasi yang berkelanjutan. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) secara eksplisit melibatkan edukasi langsung kepada komunitas lokal untuk mengubah perilaku. Proses pemicuan STBM dirancang untuk mendorong perubahan perilaku higienis dan sanitasi atas kesadaran sendiri, dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat.
Peningkatan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya sanitasi layak sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Kampanye kesadaran, bahan pendidikan, dan kegiatan interaktif membantu masyarakat memahami pentingnya kebersihan, penyebaran penyakit, dan cara-cara untuk menjaga lingkungan yang sehat. Dengan membekali masyarakat dengan pengetahuan ini, kepatuhan terhadap praktik sanitasi yang baik dapat ditingkatkan.
Penekanan berulang pada pendidikan dan pemberdayaan menunjukkan bahwa perubahan perilaku bukanlah proses instan, melainkan proses bertahap yang memerlukan upaya berkelanjutan. Ini mengatasi kesenjangan budaya dan kesadaran yang diidentifikasi sebagai penghambat. Hal ini berarti bahwa investasi dalam promosi kesehatan masyarakat dan inisiatif yang dipimpin komunitas sama pentingnya dengan pembangunan infrastruktur, karena hal ini mendorong kepemilikan dan memastikan adopsi praktik sehat dalam jangka panjang.
Karya Kreatif Menyediakan Kebutuhkan Sanitasi Untuk Rumah dan Kantor Kamu!
Kesimpulan
Sebagai negara berkembang, banyak yang harus dilakukan agar kita bisa melangkah kedepan menjadi negara maju, salah satunya adalah perbaikan sanitasi. Untuk mengatasi masalah sanitasi yang ada ini dibutuhkan strategi penanganan sanitasi di indonesia. Mulai dari pembenahan kebijakan hingga edukasi masyarakat
CV Karya Kreatif Kami Menyediakan Kebutuhan Sanitasi Rumah Sakit Lengkap seperti Kantong Limbah Medis dan Non Medis, Tempat Sampah, Kontainer Sampah, Safetybox (Kotak limbah Jarum) dan Kebutuhan Sanitasi Lainnya